(Sebuah Penuturan Nyata)
Entah kenapa beberapa hari ini aku tak bisa tidur nyenyak. Cenderung tidur larut malam bahkan tidur setelah sholat shubuh. Lama sekali aku memendam hal ini terlalu lama dan kupikir tak akan ada yang tahu sampai akhir hayatku kalau aku tak menceritakannya disini. Cerita yang kutulis murni pengalaman pribadi dan bukan kisah fiksi. Bukan juga cerita perjuangan dan religius, tapi cerita tentang seorang pecandu. Pecandu itu adalah diriku.
Entah kenapa beberapa hari ini aku tak bisa tidur nyenyak. Cenderung tidur larut malam bahkan tidur setelah sholat shubuh. Lama sekali aku memendam hal ini terlalu lama dan kupikir tak akan ada yang tahu sampai akhir hayatku kalau aku tak menceritakannya disini. Cerita yang kutulis murni pengalaman pribadi dan bukan kisah fiksi. Bukan juga cerita perjuangan dan religius, tapi cerita tentang seorang pecandu. Pecandu itu adalah diriku.
Selepas tengah malam
tanpa sengaja aku mendapati sebuah acara
dialog sex di Trans Teve yang berjudul Sexophone. Masih ada saja tayangan seperti ini. Tayangan yang
diperuntukkan bagi mereka yang sudah berumah tangga dan dewasa. Pembawa
acaranya dan narasumber dan juga pembicara pakarnya tak segan-segan berbicara
blak-blakkan tentang kehidupan sex mereka dan berikut tips 'n trik dari sang
pakar psikologi seks. Aku menyimak baik-baik tema yang dibicarakan kali ini.
Temanya tentang hypersex.
Kenapa aku sangat
tertarik dengan tema ini? Tentu setiap orang akan tertarik dengan segala
sesuatu yang berkaitan tentang dirinya. Dalam hal apapun. Keterkaitan dan
keterlibatan ini mendengarkan dengan baik setiap kata yang terluncur dari
narasumber dan sang pakar.
Aku memang tak asing
dengan tema ini, karena aku sendiri mengalami apa yang sedang mereka bicarakan.
Lucu dan geli tatkala mendengar narasumber yang berprofesi sebagai model juga
mengaku mengalami hypersex. Dalam sehari dia selalu meminta jatah sex dengan
pasangannya.
"Tidak sampai sepuluh kali siy, tapi intinya lebih dari dua kali sehari!" model cantik itu mengaku dengan bangganya.
"Tidak sampai sepuluh kali siy, tapi intinya lebih dari dua kali sehari!" model cantik itu mengaku dengan bangganya.
Kebanggaan yang aneh
dan sedikit tabu memang jika melihat negeri kita lebih menganut adab ketimuran
yang cenderung lebih tertutup jika bicara masalah ranjang pribadi. Tapi
begitulah manusia-manusia di negeri ini, pemahaman dan persepsi tentang privasi
sudah bergeser dan menjadi topik menarik untuk diperbincangkan saat nongkrong
sambil menikmati secangkir kopi hangat.
"Sex itu kalau
sangat sering dilakukan akan menimbulkan efek sensasi dan ketagihan. Dan saat
seorang pecandu sex naik libidonya, ia seperti orang sakau dan tak bisa
berpikir jernih. Dorongan yang begitu luar biasa untuk melampiaskan hasrat
sexnya membuatnya tak bisa berpikir apa-apa kecuali melakukan sex!"
kata Psikolog Sexual tersebut.
Aku mengamini dan
merasakan apa yang disebut-sebut sang psikolog tersebut. Ya, aku mengalaminya.
Walau aku tak pernah kecanduan narkoba, tapi aku merasakan apa yang disebut
dengan 'Sakau Sexual' tersebut. Jika kamu berada diposisi ini, maka yang ada dalam benakmu hanyalah pikiran jorok
dan ingin berhubungan seksual. Ada obyek pelampiasan atau sendirian, sex harus
terlampiaskan. Bila tidak akan merasakan kegelisahan yang luar biasa dan emosi
yang meledak-ledak.
Uniknya karena aku
sedikit banyak pernah belajar agama dan masuk pesantren, ada rasa malu dan
takut saat ingin melampiaskannya ke lawan jenis dengan cara seks bebas. Aku
punya seorang kekasih, tapi melampiaskan gairah seks ke kekasihku berarti sama
dengan merusak dirinya dan menyakiti diriku. Walau aku sangat ingin
bersenang-senang, aku tak ingin merusak anak gadis orang.
"Silahkan saja
kau bersenang-senang dan hidup semau kamu, tapi jangan sampai kesenanganmu
menyusahkan orang lain!" kupikir itu adalah ungkapan terhebat yang tepat untuk
kupegang dan kupeluk erat-erat.
Seperti tayangan sex
edukasi di stasiun teve diatas. Niat mereka adalah berbagi dan mengedukasi.
Bukan sebagai ajang mengumbar aurot dan mempertontonkan pornoaksi. Walau pada
kenyataannya memang begitu karena tayangan yang begini ini yang laku di pasaran
dan mendapatakan perhatian para pemirsa pria.
Aku sendiri bukanlah
orang yang pede untuk tampil dimuka publik dan membicarkan tentang kehidupan
seks-ku. Aku lebih cenderung tertutup dan mungkin hanya Tuhan dan Malaikat saja
yang tahu tentang seperti apakah sosokku sebenarnya.
Dan dalam akun
facebook dan blog ini aku ingin sekali membuat tulisan dan cerita bersambung
seperti yang dilakukan oleh Raditya Dika dengan Kambing Jantan-nya yang
menceritakan kisah-kisah konyol yang dialaminya dalam kehidupan sehari-hari.
Banyak penerbit yang menolak tulisannya saat ia mencoba menerbitkan tulisan
pertamanya itu. Saking banyaknya penolakan dari pihak penerbit ia tersbesit ide
untuk mem-publish-nya di media maya
berupa blog.
Aku tak hendak
membuat cerita konyol dan lucu seperti yang Raditya Dika lakukan dan karyanya
best seller. Aku tak hendak membuat tulisan seperti itu. Juga tak hendak
membuat cerita stensilan yang cabul dan porno. Bukan. Tak ada niat sedikitpun
dan mengajak orang lain berbuat maksiat. Aku hanya ingin berbagi, bercerita,
dan sekedar ingin dibaca ---mencoba
mengutip ungkapan bijak-- dan dimengerti oleh orang banyak. Aku berharap dengan
cerita-ceritaku nanti tak ada lagi orang yang
terjebak dan terperosok dalam lubang kehidupan seksual yang rumit
sepertiku.
Pecandu-pecandu seks
sepertiku kadang sangat malu jika berhadapan dengan konselor, dokter, ustadz
ataupun terapis. Aku --dan mungkin pembaca yang bernasib sepertiku--merasa
sangat tidak nyaman jika harus bertatap muka dan menuturkan tentang
kecanduannya terhadap seks.
Tulisan ini mungkin
tak akan terlalu laku dipasaran, dan juga
gak akan banyak yang tertarik. Tapi dibalik semua ini, satu hal yang patut kita ketahui bahwa
ada kehidupan seorang pemuda yang kecanduan seks sepertiku.
Kalau Raditya Dika
bisa bercerita, kenapa aku tidak bisa. Maka "Saksikanlah Bahwa Aku Seorang Pecandu!"
Kata orang bijak, curhatlah agar bebanmu terasa ringan. Dengan bercerita kepada orang yang tepat, itu sudah seperti separuh solusi. Bagiku menulis itu menjadi terapi tersendiri untuk berdialog dan memahami konflik dan kegilaan seks yang kualami.
Kata orang bijak, curhatlah agar bebanmu terasa ringan. Dengan bercerita kepada orang yang tepat, itu sudah seperti separuh solusi. Bagiku menulis itu menjadi terapi tersendiri untuk berdialog dan memahami konflik dan kegilaan seks yang kualami.